Halaman Utama Cari Uang Tempat Download
Google Yahoo Facebook Youtube Kompas Detik Okezone TVRI TVOne MetroTV SCTV RCTI Indosiar AnTV GlobalTV TPI TransTV Trans7

Kisah Sebuah Pohon Apel

Pada suatu masa , terdapat sebatang pohon apel yang amat besar. Seorang anak laki-laki pun begitu gembira dan senang bermain-main di sekitar pohon apel itu setiap hari.

Dia memanjat pohon tersebut, memetik serta memakan apel sepuas-puasnya. Dan ada kalanya dia beristirahat lalu terlelap di perdu pohon apel tersebut. Anak lelaki tersebut begitu menyayangi tempat bermainnya, pohon apel itu pun menyukai anak tersebut.

Hari ke hari berlalu, dan tanpa terasa anak lelaki tersebut tumbuh dan menjadi seorang remaja. Dia tidak lagi menghabiskan waktunya setiap hari untuk bermain di sekitar pohon apel tersebut. Namun, suatu hari dia datang ke pohon apel itu dengan wajah yang sedih. “Ayo bermain-mainlah di sekitarku ?,” ajak pohon apel itu.” Aku bukan anak kecil lagi, aku tidak suka lagi bermain denganmu,” jawab remaja itu.” Aku ingin mainan, dan aku membutuhkan uang untuk membelinya,” tambah remaja itu dengan nada yang sedih. Lalu pohon apel itu berkata, ”Kalau begitu, petiklah apel-apel yang ada padaku. Juallah untuk mendapatkan uang. Dengan begitu, kau dapat membeli mainan yang kau inginkan.”

Remaja itu dengan gembira memetik semua apel yang ada dipohon itu, lalu pergi begitu saja. Diapun tak pernah kembali lagi setelah itu dan membuat pohon apel itu merasa sedih. Waktu berputar dan haripun berganti.... Pada suatu hari, remaja itu kembali lagi ke pohon apel tersebut. Kini dia telah beranjak dewasa,Pohon apel itu merasa bahagia dan sangat gembira.”Sekarang kau pasti akan bermain lagi di sekitarku kan ? kamu tau,aku sangat merindukanmu,” kata pohon apel itu. ”Aku tidak ada waktu untuk bermain. Aku terpaksa bekerja untuk mendapatkan uang, aku ingin membangun rumah sebagai tempat berteduh untuk keluargaku. Maukah kau menolongku?” Tanya anak itu.”

Maafkan aku nak !!! jawab apel tersebut dengan nada menyesal. Aku tidak mempunyai rumah. Tetapi kau boleh memotong dahan-dahan ku yang besar ini dan kau bisa membuat rumah dari dahan-dahanku. Lalu, remaja yang beranjak dewasa itu memotong semua dahan pohon apel itu, dan pergi dengan perasaan gembira. Pohon apel itu pun tersenyum gembira. Tetapi kemudian dia merasa sedih, karena remaja itu tidak kembali lagi setelah itu.

Di suatu hari yang panas, seorang laki-laki datang menemui pohon apel itu. Sebenarnya dia adalah anak laki-laki yang saat kecil selalu bermain-main dengan pohon apel itu. Kini, anak itu terlihat telah matang dan dewasa.”Maukah kamu bermain-main denganku lagi seperti saat kamu masih kecil dulu ?,” ajak pohon apel itu.” Maafkan aku, tetapi sekarang aku bukan lagi anak laki-laki kecil yang suka bermain-main dan berlari-larian di sekitarmu. Aku sudah dewasa, dan saat ini aku mempunyai cita-cita untuk belayar. Malangnya, aku tidak mempunyai perahu untuk itu. Maukah kamu menolongku lagi?” tanya lelaki itu.”

Aku tidak mempunyai perahu untuk bisa kuberikan padamu. Tetapi kau boleh memotong batang pohon ini untuk kau jadikan perahumu agar kamu bisa berlayar. Setelah itu kau bisa belayar dengan gembira,” kata pohon apel itu. Lelaki itu merasa amat gembira dan langsung menebang batang pohon apel itu. Dia kemudian pergi dari tempat itu dan tidak pernah kembali lagi.

Walaupun begitu, pada suatu hari, seorang lelaki yang semakin dimakan usia, datang menuju pohon apel itu. Tak lain dia adalah anak laki-laki yang pernah bermain di sekitar pohon apel itu saat kecil.”

Maafkan aku !!! Aku tidak punya apa-apa lagi untuk dapat kuberikan kepadamu. Aku sudah memberikan buahku untuk kau jual, dahanku untuk kau buat rumah, dan batangku untuk kau buat perahu. Aku kini hanyalah tunggul dengan akar yang hampir mati…” kata pohon apel itu dengan nada pilu.”

Aku tidak mau apelmu, karena aku sudah tidak bergigi lagi untuk memakannya. Aku tidak mau dahanmu, karena aku sudah tua untuk memotongnya. Aku tidak mau batang pohonmu, karena aku tidak memiliki tenaga lagi untuk belayar. Aku merasa lelah dan ingin beristirahat,” jawab lelaki tua itu.”

Jika begitu, istirahatlah di perduku,” kata pohon apel itu. Lalu laki-laki tua itu duduk, dia bersandar pada pohon apel tersebut lalu beristirahat. Laki-laki tua itu menyadari semua kesalahannya lalu dia meminta maaf atas semua perlakuannya terhadap pohon apel tersebut. Lelaki itu berderai air mata menatap keadaan pohon apel yang saat kecil menjadi tempatnya bermain dan menghabiskan waktu sehari-hari, kini tak lebih dari seonggok tunggul kayu yang rapuh dan tak ada yang dapat di banggakan lagi. Lelaki itu kini menyadari semua perbuatannya, tapi semuanya tinggalah kenangan yang hanya mereka berdualah yang bisa merasakannya. Pohon apel dan lelaki kecil itu ahirnya menangis terharu........

Sebenarnya, pohon apel yang dimaksudkan didalam cerita itu adalah kedua ibu bapak kita. Saat kita masih muda, kita suka bermain dengan mereka. Ketika kita beranjak remaja, kita memerlukan bantuan mereka untuk meneruskan hidup. Kita tinggalkan mereka,dan hanya kembali meminta pertolongan apabila kita didalam kesusahan. Walaupun begitu, mereka tetap menolong kita dan melakukan apa saja asalkan kita bahagia dan gembira dalam hidup. Anda mungkin terpikir bahwa anak laki-laki itu bersikap kejam terhadap pohon apel itu. Renungkanlah, cerita itu ada dan bisa kita lihat dalam kehidupan kita saat ini. Dimana kebanyakan anak-anak pada masa kini bertindak serta bersikap semaunya dalam menghadapi orang tua mereka. Hargailah jasa kedua orang tua kita. Jangan sampai kita terlambat karena waktu kedua orang tua kita didunia ini mungkin tak banyak lagi.

Semoga cerita ini menjadi inspirasi, menjadi pengingat dan bisa dijadikan motivasi bagi kita dalam menjalani hidup !!!

Teruntuk kedua orang tuaku nan jauh disana, Semoga Allah selalu menjaga dan membahagiakan Ayah dan Ibu dirumah. Suatu hari nanti anak kecil yang selalu bermain dan berlari disekitar pohon apel itu akan kembali dipangkuan kalian lagi..........
Salam rindu Ayah....
Salam rindu Ibu.....

Postingan Yang Berhubungan



 
Kategori:

Posting Komentar